Kemarin tepat berada di
tanggal 28 Oktober 2015. Kebanyakan dari kita pun mungkin lupa dengan tanggal
itu. Kalau pun ingat, hanya sadar sepintas, lalu mengabaikannya kembali dan
jikalau kita ingat, kita pun bingung bagaimana menyemarakkannya.
Yah, kemarin bertepatan
dengan 87 tahun peringatan sumpah pemuda. Momentum dimana tonggak-tonggak
sejarah bangsa ini telah mulai dibangun, di mana peristiwa-peristiwa besar akan
menjadi sejarah kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal itu, bangsa Indonesia
diingatkan oleh sebuah peristiwa penting yang telah mengubah zaman penindasan
menuju zaman kebangkitan, yaitu peristiwa Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda yang
tertuang pada secarik kertas putih atas goresan tinta Muhammad Yamin dan
disodorkan kepada Soegondo adalah bukti otentik keberanian pemuda untuk membela
bangsa Indonesia. Pemuda Indonesia yang saat itu berkumpul dan bersatu
menyatakan tekad bulatnya untuk bangkit dari penindasan kolonial Belanda
melalui kongres keduanya.
Tahukah kita, bahwa saat dikumandangkan Sumpah pemuda tersebut, nama negara Indonesia belum ada di peta
dunia, bangsa ini masih menggunakan nama Hindia Belanda.
Sungguh hebat gagasan para pemuda bangsa yang mampu meraih cita-cita mereka,
dan berhasil menciptakan bangsa Indonesia. Walaupun gagasan tersebut pada
eranya hampir bisa dibilang tidak mungkin terjadi. Namun dengan kesungguhan dan
rasa optimis, para pemuda Indonesia mampu membuat sejarah baru. Dengan kunci persatuan. Mereka yang berhasil
mempersatukan kepulauan tersebut menjadi sebuah negara Indonesia adalah putra
putri bangsa, sebuah gagasan
yang luar biasa.
Lantas, bagaimanakah
dengan putra putri bangsa Indonesia di zaman ini? Ketika Indonesia berada di
usianya ke 70 tahun kemerdekaannya, ternyata semangat juang para pemuda pemudi
Indonesia pun meredup. Tak ada lagi semangat nasionalisme segagah semangat
mereka di zaman sumpah pemuda dikumandangkan. Modernisasi pun menjadi salah
satu latar belakang lunturnya semangat juang serta semangat nasionalisme pemuda
Indonesia. Globalisasi telah memakan sendi-sendi persatuan bangsa, terlebih
moral generasi muda Indonesia. Degradasi moral pemuda bisa kita lihat ketika
peristiwa anarkis akhir-akhir ini.
Sedih melihat bangsa
ini. Peristiwa yang begitu luar biasa bisa terabaikan. Padahal tumpah darah dan
jiwa raga mereka gadaikan saat itu untuk mencapai satu tujuan bersama, yakni
kemerdekaan. Beginikah cara kita membalas jasa – jasa para pahlawan di medan
juang untuk merebut kemerdekaan Indonesia? Beginikah cara kita menikmati
kemerdekaan yang telah susah payah mereka perjuangkan? Ironi.
Kalaulah untuk mengingat
dan menyemarakkan peringatan sumpah
pemuda saja kita masih susah apalagi dengan teks sumpah pemuda tersebut. Hal
ini dibuktikan pula dengan salah satu berita di stasiun TV nasional yang
memberitakan bahwa banyak pemuda yang tidak hafal dengan teks sumpah pemuda.
Bahkan dengan fenomena tersebut, Polres Garut melakukan sidak ke jalan raya.
Warga yang melintas di jalan tersebut ditanyai tentang teks sumpah pemuda. Alhasil,
banyak warga sekitar yang kebanyakan para pemuda tidak hafal teks sumpah
pemuda. Untuk hukumannya pun, petugas polisi memberikan sanksi tilang bagi
warga yang tidak hafal teks sumpah pemuda. Mirisnya, kebanyakan warga yang
ditilang karena tidak hafal teks sumpah pemuda yang didominasi oleh pemuda dan
pemudi malah menangis. Berbanding terbalik jika ditanyai dengan lirik lagu pop
yang lagi hits sekarang.
Lazimnya, ketika SD
pasti kita akan disuruh oleh guru untuk menghafal teks sumpah pemuda. Tetapi setelah
kita menghafalnya, guru pun hanya menilai hafalan kita saja tanpa menanamkan
nilai patriotisme yang terdapat di balik peristiwa sumpah pemuda. Ini merupakah
salah satu faktor banyaknya warga Indonesia terutama para pemudanya yang
melupakan teks sumpah pemuda. Dalam benak mereka, tuntutan untuk menghafal teks
sumpah pemuda itu hanya ketika disuruh guru untuk menghafalnya saja supaya
dapat nilai yang tinggi. Setelah itu, dalam sekejap saja hafalan itu pun hilang
sebab mereka menghafal kata demi kata bukan meresapi makna demi makna yang
terkandung di balik teks sumpah pemuda tersebut.
Berbanding terbalik
dengan hal di atas, jikalau banyak pemuda yang tidak hafal teks sumpah pemuda,
mengapa kakek dan nenek kita yang telah berusia lanjut malah sangat fasih
menghafal teks sumpah pemuda tersebut? Jawabanya simple. Bisa jadi kakek dan
nenek kita itu melihat sendiri betapa gigihnya para pejuang yang
mengumandangkan teks sumpah pemuda tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan
pula, kakek dan nenek kita termasuk pemuda pemudi yang ikut dalam deklarasi
kongres sumpah pemuda di masa silam itu. Begitulah perbandingannya ketika para
pemuda kita sekarang hanya sekedar menghafal tanpa meresai nilai – nilainya
sedangkan kakek dan nenek kita yang menghafal dan meresapi nilai patriotisme di
balik peristiwa luar biasa tersebut.
Memaknai peringatan
sumpah pemuda saat ini tidaklah cukup hanya dengan melakukan kegiatan upacara
yang sekedar ritual, ceremonial dan simbolis belaka. Tantangan para pemuda Indonesia
saat itu berbeda dengan tantangan para pemuda Indonesia di masa silam. Para pemuda
di masa kini tidak harus mengangkat senjata melainkan harus mengangkat
pemikiran – pemikiran yang cerdas dan kreatif dalam membangun kejayaan bangsa Indonesia.
Jika dengan sumpah pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928
silam para pemuda dapat memunculkan nama Indonesia menjadi ada di peta dunia,
seharusnya pemuda masa kini dapat pula memunculkan nama Indonesia menjadi jaya
di mata dunia dengan prestasi – prestasi positif yang membanggakan bukan dengan
prestasi – prestasi buruknya.
Indonesia memerlukan sosok generasi muda yang berguna, bukan
generasi tanpa guna. Modernisasi sejatinya mampu kita tepis dengan semangat
terus berkarya positif dan mengabaikan gaya hidup bangsa Barat yang memang
tidak sesuai dengan kearifan Indonesia. Kita bisa menyumbangkan pemikiran,
karya untuk negeri ini melalui prestasi ataupun lainnya. Kita junjung semangat
patriotisme, rasa cinta tanah air ini. Kita bangga mempunyai bahasa persatuan,
bahasa Indonesia dan senantiasa melestarikan budaya lokal Indonesia. Bangsa ini
tentu perlu generasi penerus yang mau maju dan berkiprah untuk negeri. Pada
akhirnya, esensi dari semangat Sumpah Pemuda pada zaman ini akan jauh lebih
baik walau harus menghadapi derasnya arus modernisasi.
Bersumpahlah bahwa kita semua menginginkan kebaikan bagi sesama
masyarakat Indonesia, dan menggunakan segala upaya untuk memajukan masa depan
bangsa Indonesia. :)
#Izzatyanisahalhaqiir ~ 291015
Esensi esensi dan esensi.....
BalasHapus