Oleh:
Anisah Izzaty Al-Haqiir
A.
Mengenal
Kitab I’anatuth Tholibin
I'anatuth Tholibin merupakan kitab karya Sayyid Abu Bakar Utsman
bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi as-Syafi’I yang masyhur dengan julukan
al-Bakri. Kitab ini adalah salah satu kitab
yang sering menjadi rujukan primer bagi mayoritas santri dan
pengikut mazhab Syafi’i di Indonesia. Kitab ini merupakan tulisan bermodel
hasyiyah, yaitu berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang
lebih ringkas. Sesuai namanya, kitab ini diperuntukkan santri yang mengkaji
Fath al-Mu’in. Fath al-Mu’in sendiri adalah karya al-Allamah Zainuddin
al-Malibari.
Sesungguhnya
kitab ini merupakan kitab mashyor, meskipun tergolong kitab yang munculnya akhir
kurun yang terkebelakang, yang lebih kurang berusia 130-an tahun. Kitab I’anatuth Tholibin merupakan syarah kitab Fath Al-Mu’in. Kedua kitab ini termasuk
kitab-kitab fiqih Syafi'i yang paling banyak dipelajari dan dijadikan pegangan
dalam memahami dan memutuskan masalah-masalah hukum. Dalam forum-forum
bahtsul-masail (pengkajian masalah-masalah), kitab ini menjadi salah satu kitab
yang sangat sering dikutip nash-nashnya. Kemashyoran kitab ini dapat dikatakan
merata di kalangan para penganut Madzhab Syafi'i di berbagai belahan dunia
Islam.
Latar belakang penulisan kitab ini seperti dituturkan
pengarang dalam muqaddimah kitab ini berawal ketika beliau menjadi pengajar
kitab syarah Fath al-Mu’in di Masjidil Haram. Selama mengajar itulah beliau
menulis catatan pinggir untuk mengurai kedalaman makna kitab Fathul mu’in yang penting diingat dan perlu diketahui
sebagai pendekatan dalam memahami. Lalu, sesuai penuturan beliau, beberapa
sahabat beliau memintanya untuk mengumpulkan catatan itu dan melengkapinya
untuk kemudian dijadikan satu kitab (hasyiyah) yang pada akhirnya bisa lebih
bermanfaat untuk kalangan yang lebih luas.
Pada
akhir kitab I’anatuth Tholibin ini yakni pada juz. IV disebutkan, selesai
ditulis hasyiah ini adalah pada Hari Rabu ba’da Ashar, 27 Jumadil al-Tsani
Tahun 1298 H. Kitab ini tergolong fiqh mutaakhkhirin. I’anatuth Tholibin
memiliki kelebihan sebagai fiqh mutakhkhirin yang lebih aktual dan kontekstual
karena memuat ragam pendapat yang diusung ulama mutaakhkhirin utamanya Imam
al-Nawawi, Ibnu Hajar dan banyak lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir
kebutuhan penelaah akan rujukan yang variatif dan efektif. Yang menjadi rujukan
dalam mengarang kitab ini adalah kitab-kitab fiqh Syafi’i mutaakhkhirin, yaitu
Tuhfah al-Muhtaj, Fath al-Jawad Syarh al-Irsyad, al-Nihayah, Syarh al-Raudh,
Syarh al-Manhaj, Hawasyi Ibnu al-Qasim, Hawasyi Syekh ‘Ali Syibran al-Malusi,
Hawasyi al-Bujairumy dan lainnya sebagaimana beliau jelaskan dalam muqaddimah
kitab ini.
Dalam
buku Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i, K.H. Sirajuddin Abbas mengatakan
bahwa Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi,
pengarang kitab I’anatuth Tholibin ini sangat berjasa memberikan pelajaran
kepada mukimin-mukimin dari Indonesia, sehingga pada permulaan abad ke-14 H
banyak ulama-ulama murid dari beliau yang mengembangkan mazhab Syafi’i di
Indonesia, sehingga ajaran itu merata di seluruh kepulauan di Indonesia.
B.
Biografi Pengarang Kitab I’anatuth Tholibin
Kitab I`anatuth Tholibin
adalah karya besar seorang tokoh ulama terkemuka Makkah abad ke-14 Hijriyyah
(abad ke-19 Masehi), Sayyid Abu Bakar Utsman
bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi as-Syafi’I yang masyhur dengan julukan
al-Bakri. Tokoh yang nama sebenarnya Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin
Syatho ini lahir di Makkah tahun 1266 H/1849 M. Ia berasal dari keluarga
Syatho, yang terkenal dengan keilmuan dan ketaqwaannya. Namun ia tak sempat
mengenal ayahnya, karena saat ia baru berusia tiga bulan, sang ayah, Sayyid
Muhammad Zainal Abidin Syatho, berpulang ke rahmatullah. Sayyid Abu Bakar
Syatho merupakan seorang ulama’ Syafi’i, mengajar di Masjidil Haram, Makkah
al-Mukarramah pada permulaan abad ke XIV.
Sayyid Bakri Syatho
meninggal dunia tanggal 13 Dzulhijjah tahun 1310 H/1892 M setelah menyelesaikan
ibadah haji. Usianya memang tidak panjang (hanya 44 tahun menurut hitungan
Hijriyyah dan kurang dari 43 tahun menurut hitungan Masehi), tetapi penuh
manfaat yang sangat dirasakan umat. Jasanya begitu besar, dan peninggalan-peninggalannya,
baik karangan-karangan, murid-murid, maupun anak keturunannya, menjadi saksi
tak terbantahkan atas kebesarannya. Semoga Allah menempatkannya di surga.
NB: disarikan dari berbagai sumber
NB: disarikan dari berbagai sumber
Boleh minta referensi biografinya? Email saya edsuhendra30@gmail.com
BalasHapusidem dengan yang di atas semlahi@gmail.com
BalasHapusApa ada dijual kitab l’anatuth thalibin nya?
BalasHapusSumbernya dari mana aja nih?
BalasHapusBau mbah usaimin nih
HapusPalingan dikit2 wahabi
HapusBoleh minta referensinya
BalasHapusmaa syaallah..
BalasHapusMasya Allah jadikanlh kmi sebagai ulama' besar yg Allah subuhana wataalah ridhoi sampai keturunan kmi Aamiin
BalasHapusApakah ada yg jual seperti itu.?
BalasHapus